Makna Seorang Sahabat

Posting Komentar

Sahabat. Sesuatu yang tidak pernah aku sangka akan kumiliki sekarang. Karena jika melihat beberapa tahun silam, aku adalah orang yang hanya memiliki sedikit teman. Bahkan nyaris tidak memiliki teman. 


Aku ingat peristiwa tiga tahun yang lalu, ketika Mika yang notabenenya adalah teman dunia mayaku menceritakan hubungannya bersama para sahabatnya. Saat itu aku iri, mengapa hanya aku yang tidak memiliki sahabat. Aku juga ingin memiliki sahabat yang bisa merangkul, menghargai, serta menemaniku kala suka dan duka. Namun, jangankan memiliki sahabat semacam itu, ada orang yang mau berteman denganku saja sudah membuatku teramat bersyukur. 


Lalu pada waktu itu Mika berkata padaku, "Pasti kelak kamu akan mendapatkannya kok, Pels." Sayangnya, aku tidak pernah memercayai kata-kata itu. Bagiku, teman cuma datang ketika ada maunya. Lantas mereka akan pergi begitu saja setelah tidak mendapat apa yang diperlukan dari kita.


Ya, aku sadari bahwa pemikiran ini sangat kejam. Bagaimana aku dapat memandang hubungan persahabatan dengan serendah itu, sedangkan aku belum pernah memiliki seorang sahabat. Otakku memang sudah terdoktrin dengan anggapan bahwa tidak ada manusia yang mau memulai hubungan tanpa ada sebab khusus. Untuk itulah, aku selalu menjaga jarak dari teman-temanku.


Dan sepertinya sekarang aku mendapat karma atas pikiran buruk itu. 


Jika dulu aku selalu memandang buruk sebuah persahabatan, sekarang aku malah merasa ingin terikat pada persahabatan itu. Sampai-sampai aku dihantui pemikiran 'bagaimana nasibku ya kalo pelan-pelan mereka pergi meninggalkanku. Apakah aku sanggup?'.


Aku sangat bahagia dengan hubungan persahabatan yang sedang kujalani kini. Sahabatku itu sangat baik, sekaligus menjengkelkan. Ketika aku merasa sendiri, mereka merangkulku dan mengajakku ikut bersamanya. Mereka yang memperkenalkanku pada rasa menyayangi antarsahabat, membangun empati, belajar meningkatkan kepekaan terhadap sesama, saling membantu, serta lebih terbuka kepada mereka.


Di sinilah aku bersyukur pada Tuhan. Aku hanya meminta untuk dapat diizinkan memiliki teman, tetapi yang aku dapatkan lebih dari itu.


Mereka sering memberi perhatian padaku, yang bahkan jarang kulakukan pada diriku sendiri. Ketika aku sedang dalam masalah besar, mereka tidak pernah meninggalkanku. Mereka tidak segan menemaniku ketika sedang merasa buruk, hanya agar membuatku merasa lebih baik. Atas hal-hal yang mereka lakukan itu, jahat sekali bila aku terus menutup diri. Aku mulai sering membuka cerita dan mengutarakan apa yang saat ini aku rasakan. 


Meski mereka suka menodong jajan padaku, tetapi aku nyaman bersama mereka. Rasanya persahabatan ini bukanlah ajang untuk saling memanfaatkan, tetapi saling berbagi untuk menularkan kebahagiaan kepada sesama. Bersama mereka, aku tidak lagi menjadi pribadi yang sok kuat. Aku berani menunjukkan titik lemahku, tanpa harus takut akan dipandang lemah.


Kalau ditanya apa makna sahabat untukku. Aku akan menjawab ....


Sahabat adalah mereka yang termasuk dalam jajaran manusia menjengkelkan dan seringkali tidak tahu diri ketika bersama kita. Mereka tidak hanya merangkul, menemani, dan membuat kita bahagia, tetapi berani membuat kita kesal dengan saran membangunnya. Sahabat tidak akan meninggalkan kita, meski kita telah berbuat kesalahan. Mereka akan tetap kembali, seberapa dunia memaksa mereka untuk pergi. 

 

Beruntungnya, selain memiliki sahabat di dunia nyata, aku juga memiliki banyak sahabat di dunia maya. Mereka kupikir selalu menerima betapa bobroknya aku, meski kutahu aku ini sangat menjengkelkan. Mereka adalah Kak Ael, Kadip, Momon, Nuls, Anun, Sop, si Cumi, Katas, Kawar, Kamad, Syafa, Pupub, Nopit, dan Palens. /Mohon maaf yang kelupaan aku cantumin, banyak banget sih soalnya. Entah berapa baris kalo kusebut semua/ 


Sebenarnya aku juga punya seseorang yang begitu aku sayangi dan lebih berharga dari seorang sahabat. Tapi, kami sudah memiliki jalan yang berbeda. Jalan yang membuatku ragu apakah hubungan yang ada di antara kami memang sebuah persahabatan atau yang lainnya. Aku pun sudah tidak ingin mengingat tentangnya. Karena bagiku, aku dan dia adalah kenangan yang sudah mati serta tidak perlu diungkit lagi.


Untuk kalian yang merasa belum memiliki sahabat atau tidak mengerti makna seorang sahabat. Percayalah, kelak kalian akan mendapatkannya. Mungkin sekarang mereka belum hadir atau kalian yang belum terbuka pada orang-orang di sekeliling kalian. Jalani dan resapi, yakinlah Tuhan punya jalan terbaik untuk kita.


#30daysjournalingchallenge

#days12

#classicalclover

Fela Khoirul
Seorang gadis penuh teka-teki yang sedang berusaha menjadi lebih baik, melalui tulisannya. Memiliki ketertarikan pada skincare, mental health, dan relationship.

Related Posts

Posting Komentar