Evanescent - Episode Lima

Posting Komentar

“Jika aku katakan bahwa kamu telah menodaiku dengan mencuri ciuman pertamaku, apa yang akan kamu lakukan?”

“Maaf, aku tidak bermaksud menodaimu. Tapi, hubungan kita memang hanya sebatas teman. Aku pikir kamu mengerti maksudku,” jawab Sandi.

*****

Sandi Prasetyawan: Imelda, mengapa kamu tidak hadir di acara role play hari ini? Apa kamu sakit?
Sandi Prasetyawan: Acara berantakan hari ini karena tidak mendapat narrator penggantimu.
Sandi Prasetyawan: Aku ingin berbicara denganmu, jadi tolong balas pesan ini.
Sandi Prasetyawan: Kamu di mana?

Imelda seolah ditelan bumi, gadis itu hilang begitu saja tanpa meninggalkan pesan kepada Sandi ataupun teman-teman lainnya. Sandi tidak tahu apa yang terjadi, dia sangat khawatir dengan keadaan Imelda. Terlebih lagi di kali terakhir mereka bertemu, Imelda terlihat aneh.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Imelda?

Semesta seperti tidak ingin memberi jawabannya, ia ikut bersekongkol untuk menyembunyikan Imelda. Lagi-lagi Sandi merasa kosong atas hilangnya Imelda, kehampaannya kembali hadir. Bahkan bayangan Hannah yang selama ini selalu menghantui pikirannya, berganti dengan sosok Imelda yang hilang secara tiba-tiba.

Apakah ini karena Sandi yang telah tebiasa dengan sosok Imelda? Ataukah ada sebab lainnya?

“Imeldaaaaaaaaa.”

Sandi langsung menjatuhkan tubuhnya di atas semak-semak usai meneriakkan nama Imelda. Tempat ini dipilihnya untuk mencari Imelda karena berpikir bahwa tempat ini adalah tempat yang cocok untuk menenangkan diri. Mungkin saja Imelda memang ada masalah yang tidak dapat diceritakan kepada siapa pun dan menenangkan dirinya di sini.

Sayangnya, tidak ada di tempat ini. Bukit yang menjadi tempat awal terjalinnya pertemanan antara Sandi dan Imelda, tidak menghadirkan Imelda untuk Sandi. Tempat ini kosong, senyap. Tidak ada orang. Sandi merasa sangat hampa. Bahkan teriakan kencang yang baru dilontarkannya, tidak mengundang orang-orang untuk dating.

Benar kata Imelda, tempat ini tidak terjamah. Bahkan mungkin jika ada orang yang mengakhiri hidupnya, tidak akan ada yang tahu.

“Sebenarnya kamu ada di mana, Imelda? Mengapa kamu hilang tiba-tiba?” Sandi memukul-mukul kepalanya, merasakan betapa dirinya tidak berdaya karena tidak cepat dipertemukan dengan Imelda.

Sandi ingat, dia pernah merasakan ini. Tubuh lemas, hampa, dunia berputar-putar, ingin menangis, kesepian, dan tidak memiliki semangat untuk hidup. Semua dirasakannya ketika pertama kali menerima kenyataan bahwa Hannah telah meninggalkannya. Dan sekarang Sandi kembali merasakannya karena kepergian Imelda, gadis yang beberapa waktu lalu ditemuinya karena sebuah insiden.

“Apa mungkin tanoa aku sadari, Imelda sudah menduduki posisi spesial di sini?” tanya Sandi kepada dirinya, sambil telunjuknya menunjuk kea rah dada. Seketika kenangan kebersamaannya bersama Imelda terputar. Meski sedikit, tetapi keseluruhannya sangat berarti.

Kenangan itu seperti ingin menyiksa, Sandi semakin merasa sesak karena kerinduannya semakin bertambah. Imelda, di mana? Itu-itu saja yang Sandi pikirkan. Semuanya kacau, hidupnya kembali berantakan. Jika dulu Imelda adalah obat dari kehilangannya, kini Imelda menambah luka baru yang jauh lebih perih dari yang Sandi rasakan dulu.

Detik ini juga Sandi menyadari. Mungkin bukan Hannah lagi yang dia cintai, melainkan Imelda.

Bersambung ...

Fela Khoirul
Seorang gadis penuh teka-teki yang sedang berusaha menjadi lebih baik, melalui tulisannya. Memiliki ketertarikan pada skincare, mental health, dan relationship.

Related Posts

Posting Komentar