“Jika aku katakan bahwa kamu telah menodaiku dengan mencuri
ciuman pertamaku, apa yang akan kamu lakukan?”
“Maaf, aku tidak bermaksud menodaimu. Tapi, hubungan kita
memang hanya sebatas teman. Aku pikir kamu mengerti maksudku,” jawab Sandi.
*****
Sandi Prasetyawan:
Imelda, mengapa kamu tidak hadir di acara
role play hari ini? Apa kamu sakit?
Sandi Prasetyawan:
Acara berantakan hari ini karena tidak
mendapat narrator penggantimu.
Sandi Prasetyawan:
Aku ingin berbicara denganmu, jadi tolong
balas pesan ini.
Sandi Prasetyawan:
Kamu di mana?
Imelda seolah ditelan bumi, gadis itu hilang begitu saja
tanpa meninggalkan pesan kepada Sandi ataupun teman-teman lainnya. Sandi tidak
tahu apa yang terjadi, dia sangat khawatir dengan keadaan Imelda. Terlebih lagi
di kali terakhir mereka bertemu, Imelda terlihat aneh.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Imelda?
Semesta seperti tidak ingin memberi jawabannya, ia ikut
bersekongkol untuk menyembunyikan Imelda. Lagi-lagi Sandi merasa kosong atas
hilangnya Imelda, kehampaannya kembali hadir. Bahkan bayangan Hannah yang
selama ini selalu menghantui pikirannya, berganti dengan sosok Imelda yang
hilang secara tiba-tiba.
Apakah ini karena Sandi yang telah tebiasa dengan sosok
Imelda? Ataukah ada sebab lainnya?
“Imeldaaaaaaaaa.”
Sandi langsung menjatuhkan tubuhnya di atas semak-semak usai
meneriakkan nama Imelda. Tempat ini dipilihnya untuk mencari Imelda karena
berpikir bahwa tempat ini adalah tempat yang cocok untuk menenangkan diri.
Mungkin saja Imelda memang ada masalah yang tidak dapat diceritakan kepada
siapa pun dan menenangkan dirinya di sini.
Sayangnya, tidak ada di tempat ini. Bukit yang menjadi
tempat awal terjalinnya pertemanan antara Sandi dan Imelda, tidak menghadirkan
Imelda untuk Sandi. Tempat ini kosong, senyap. Tidak ada orang. Sandi merasa
sangat hampa. Bahkan teriakan kencang yang baru dilontarkannya, tidak
mengundang orang-orang untuk dating.
Benar kata Imelda, tempat ini tidak terjamah. Bahkan mungkin
jika ada orang yang mengakhiri hidupnya, tidak akan ada yang tahu.
“Sebenarnya kamu ada di mana, Imelda? Mengapa kamu hilang
tiba-tiba?” Sandi memukul-mukul kepalanya, merasakan betapa dirinya tidak
berdaya karena tidak cepat dipertemukan dengan Imelda.
Sandi ingat, dia pernah merasakan ini. Tubuh lemas, hampa,
dunia berputar-putar, ingin menangis, kesepian, dan tidak memiliki semangat
untuk hidup. Semua dirasakannya ketika pertama kali menerima kenyataan bahwa Hannah
telah meninggalkannya. Dan sekarang Sandi kembali merasakannya karena kepergian
Imelda, gadis yang beberapa waktu lalu ditemuinya karena sebuah insiden.
“Apa mungkin tanoa aku sadari, Imelda sudah menduduki posisi
spesial di sini?” tanya Sandi kepada dirinya, sambil telunjuknya menunjuk kea
rah dada. Seketika kenangan kebersamaannya bersama Imelda terputar. Meski
sedikit, tetapi keseluruhannya sangat berarti.
Kenangan itu seperti ingin menyiksa, Sandi semakin merasa
sesak karena kerinduannya semakin bertambah. Imelda, di mana? Itu-itu saja yang
Sandi pikirkan. Semuanya kacau, hidupnya kembali berantakan. Jika dulu Imelda
adalah obat dari kehilangannya, kini Imelda menambah luka baru yang jauh lebih
perih dari yang Sandi rasakan dulu.
Detik ini juga Sandi menyadari. Mungkin bukan Hannah lagi yang
dia cintai, melainkan Imelda.
Bersambung ...
Bersambung ...
Posting Komentar
Posting Komentar