Tentukan Pilihanmu

14 komentar

Bagi kalian yang sampai pada tulisan ini, aku ingin bertanya, pernahkah kalian merasa sulit menetukan jalan hidup? Pernahkah kalian merasa bahwa apa yang ada di hidup kalian hanya untuk menuruti perintah orang lain, orang tua misalnya? Jika pernah, marilah ikut berdiskusi bersamaku tentang ini.

Aku adalah orang dengan tidak banyak kemauan. Setiap hal yang aku putuskan adalah demi sebuah tujuan, yakni agar aku dan orang tuaku tidak diremehkan orang lain. Segala apa yang aku pikirkan tertata rapi, tanpa mengindahkan apa yang aku inginkan sebenarnya. Maksudku adalah apa yang ada di hadapanku selalu aku pikirkan baik buruknya. Semua sudah aku pikirkan masak-masak, di pikiranku. Kehati-hatianku dalam mengambil keputusan sudah dalam tahap yang tinggi, meski pilihan yang aku ambil seringkali tidak sesuai dengan keinginanku.

Apa aku merasa tersiksa? Tidak sama sekali. Aku percaya setiap pilihan yang aku ambil adalah rencana indah dari-Nya.

Ketika memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), aku pernah ditawari oleh orang tuaku untuk masuk pondok pesantren. Meski orang tuaku sangat ingin anaknya menjadi seseorang yang pandai dalam agama, tetapi tidak satu pun dari aku dan kakakku yang menempuh jenjang pendidikan bidang agama. Apalagi aku adalah anak yang suka kebebasan. Jadilah aku ingin masuk negeri dan menolak mentah-mentah usulan masuk pondok pesantren. Bagaimana tanggapan orang tuaku? Jelas mereka kecewa dan terus membujuk agar aku mau masuk pondok pesantren. Akhirnya aku pun terlibat perjanjian dengan orang tuaku bahwa aku bersedia masuk ke pondok bila tidak diterima di sekolah negeri. Dan ternyata aku masuk di sebuah SMP negeri.

Hal yang sama terjadi ketika aku akan memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA), aku kembali diajak masuk ke pondok pesantren milik teman ayahku. Perjanjian semasa masuk SMP-ku pun berlaku, tetapi saat itu aku diterima di SMA 5 Semarang yang kembali menggugurkan perjanjian tersebut.

Masa memasuki perkuliahan, jauh lebih parah dari yang kualami sewaktu akan masuk SMP dan SMA. Selain harus menentukan perguruan tinggi, aku juga harus menentukan jurusan. Sementara saat itu aku belum menemukan kegemaranku. Bahkan waktu itu aku sempat ingin masuk ke UIN Walisongo sesuai permintaan orang tuaku, tetapi tidak satu pun jurusan di sana yang kusukai.

Pernah juga aku dibujuk masuk Politeknik Negeri Semarang (Polines) oleh teman ayahku, tetapi aku masih pikir-pikir. Aku sebenarnya ingin juga masuk ke sana, tetapi takut jika harus bertemu teman ayahku sebagai dosen, tidak bisa banyak ulah di sana. Maklum, aku tipe orang yang tidak bisa diam.

Menentukan pilihan dalam berkuliah sulit sekali. Aku selalu berkata ingin dapat masuk perguruan tinggi negeri, tetapi saat itu usahaku masih kurang. Aku hanya berpegang keyakinan bahwa aku dapat masuk ke Universitas Diponegoro (UNDIP). Ketika teman lain daftar ke Polines, ikut D3 Undip, serta mencari sekolah swasta. Mungkin hanya aku yang diam saja dan seolah tidak peduli dengan masa depan. Kata temanku, aku ini terlalu cuek. Terlalu mengharapkan hal yang tidak pasti. Ya, aku tahu ini salah, tetapi keyakinanku amat kuat. Aku pasti dapat keterima di Undip. Akan tetapi, harapan itu pupus ketika aku tidak keterima jalur SNMPTN.

Tahu bagaimana perasaanku ketika tidak diterima SNMPTN? Lega. Ya, lega karena aku tidak jadi masuk ke bidang yang aku sukai. Dulu aku ingin menetapkan pilihan pada Psikologi dan Sastra Indonesia, tetapi tidak dibolehkan ayahku. Katanya, mau jadi apa aku nanti. Sedih sekali memang, aku harus menetapkan pilihan pada bidang ekonomi yang sama sekali tidak aku sukai. Dan itu hanya karena menuruti kata ayahku yang tidak suka aku memilih Sastra Indonesia. Aku pun berubah takut dalam menentukan pilihan, mengingat betapa marahnya ayahku pada pilihan pertamaku. Rasanya hilang arah, tidak ingin berkuliah. Namun, ternyata Tuhan ada rencana lain. Ketika mendaftar SBMPTN, aku terpilih di sebuah jurusan yang sebenarnya tidak familier. Ilmu Perpustakaan. Awalnya ada sedih ketika lolos pada jurusan tersebut, tetapi aku coba menerima.
 
Melewati masa tidak diterima jalur SNMPTN dan langsung menghadapi SBMPTN, bukan hal mudah. Meski lega, aku pernah terpuruk karena mendapati raut kecewa dari orang tuaku. Aku pasrah saja, terlambat juga bila aku harus mendalami materi. Aku pun belajar seadanya dan tidak pernah mengikuti bimbel, aku hanya belajar di sekolah dan belajar di rumah secara mandiri. Untung saja Tuhan menerima doa-doaku, sehingga mengizinkan aku masuk di Ilmu Perpustakaan, Universitas Diponegoro.

Dari yang aku uraikan di atas, aku hanya ingin memberitahu kepada kalian bahwa bila ada yang membatasi kalian dalam meraih sesuatu, jangan dulu bersedih. Cari sebuah celah dan tunjukkan bahwa kalian bisa. Boleh saja orang tua atau siapa pun memiliki pandangan yang terbaik untuk kita, tetapi pilihan tetap ada pada diri kita. Kita bebas menentukan apa yang kita inginkan karena kita yang menjalaninya. Aku katakan kepada kalian, jangan sampai ada orang yang menyetir hidup kalian. Itu sangat menyiksa. Berjuanglah mencapai apa yang kalian inginkan, bagaimanapun caranya.

Mungkin Ilmu Perpustakaan bukanlah pikiranku sejak awal. Namun, melalui Ilmu Perpustakaan, aku jadi tahu bahwa Tuhan sangat menyayangiku. Dulu temanku pernah berkata bahwa aku harus memilih jurusan yang sesuai bidangku karena kuliah itu membosankan. Lalu karena orang tuaku tidak setuju dengan pilihanku, aku memilih jurusan asal dan tidak sesuai minatku. Akan tetapi, Tuhan punya jalan sendiri, nyatanya aku diberi kesempatan masuk di jurusan yang tidak jauh berbeda dari minatku.

Keyakinanku dapat diterima di Universitas Diponegoro pun terbukti. Aku masuk Undip, meski dengan usaha yang tidak seberapa. Kekuatan keyakinan sangat dahsyat, percayalah. Tidak peduli seberapa mustahil kita mencapai apa yang kita inginkan, teruslah yakin pada hal tersebut. Percayalah selalu ada jalan terbaik dari Tuhan untuk kalian.

Semoga pilihan yang kalian ambil adalah yang terbaik dan tidak hanya untuk menuruti keinginan orang lain. Kalian berhak bahagia.

Fela Khoirul
Seorang gadis penuh teka-teki yang sedang berusaha menjadi lebih baik, melalui tulisannya. Memiliki ketertarikan pada skincare, mental health, dan relationship.

Related Posts

14 komentar

  1. Yes, setiap orang berhak bahagia ..

    Dan semoga kebahagiaan yang kita pilih juga bisa membuat orang disekitar kita bahagia...

    Semangat, Kak

    BalasHapus
  2. Tetap semangaat Kak, btw anak semarang ya. Aku juga anak semarang niih, salam kenal

    BalasHapus
  3. Sangat menginspirasi banget, aku dulu ingin kuliah di uns tapi tuhan menghendaki lain yasudahlah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuhan punya jalan terbaik untuk kita. Apa pun yg ada di hadapan kita, harus disyukuri. Selalu ada jalan menuju kesuksesan 😁

      Hapus
  4. Kakak juga berhak bahagia... Semangat kakak..

    BalasHapus
  5. bahagia dengan pilihan sendiri. karena setiap orang mrmilih ingin masuk kuliah dengan jurusan apa.

    BalasHapus
  6. Kok jadi ingat cerita murid-murid aku ya..banyak nih macam begini.hehe..semangat terus jadi versi terbaik dari diri sendiri...^_^

    BalasHapus
  7. Semangat buat yg nulis dan komen di grup iniii

    BalasHapus

Posting Komentar