Pengawas Ruang Satu

7 komentar
"Ayo, kerjakan sendiri saja. Tidak usah tolah-toleh."

Kamu benci dia. Kamu benci dia begitu dalamnya sampai napasmu terengah. Ada dua kejadian yang mengembangkan perasaan itu di hatimu terhadap sang pengawas ulangan Ruang 1 hari ini.

Pertama :
"Permisi, Bu. Ini soal di laptop saya loading-nya lemot sekali. Masih banyak yang belum saya kerjakan."

"Tunggu aja dulu. Yang sabar."

Begitu saja, dengan santainya, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Padahal ini ujian Kimia, yang betulan butuh konsentrasi, dan laptop lemot betulan dapat mengacaukan pikiran.

Alasan kedua adalah lanjutan dari kalimat langsung di paragraf pertama tadi.

"Jangan ramai. Kerjakan sendiri. Jangan menyotek. Jangan tanya teman. Jangan buka HP. Ini ujian. Ada CCTV itu, loh.Kelihatan kamu ngapain aja."

Orang ini terlalu banyak bicara, yang mana membuat semua murid makin sulit berkonsentrasi. Kamu sampai ingin mencekiknya karena telah mengacaukan hitungan dan rumus-rumus kimia di kepalamu.

Hingga pada satu titik, kamu tidak tahan lagi dan mulai membayangkan segala hal. Kamu meletakkan pensil di atas kertas buram yang telah kotor dan amat kacau, lalu mengabaikan segala omongan orang itu.

Kamu membayangkan asam sulfat, karbon monoksida, karbon dioksida, ozon, chloro fluoro carbon, serta zat-zat kimia berbahaya lain yang kamu temukan dalam soal ulangan kimia saat itu.

Kamu membayangakan, hanya membayangkan, zat-zat tersebut berkumpul dan memadat menjadi sebutir pasir yang melayang-layang di antara oksigen di udara. Segala reaksi kimia yang seharusnya terjadi pun tertahan, menunggu.

Butiran itu terbang di depan hidung sang pengawas, yang tak pernah sadar dan tanpa waspada sama sekali menarik napas dalam, membawa butiran itu masuk ke hidungnya, berlanjut ke tenggorokannya, bronkus-bronkiolus-alveolus—

Dan terjadilah.

Reaksi pertama adalah adalah ledakan yang memecah si butiran bahan kimia menjadi kepingan-kepingan yang jauh lebih kecil lagi yang mulai menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Kemudian segala lelehan, desisan, letupan, serta segala efek reaksi kimia lainnya terjadi hingga mengacaukan dan menghancurkan tubuhnya dan si pengawas mati dengan wajah amat terkejut.

Sayangnya, itu cuma imajinasimu: seorang murid yang sedang amat kesal terhadap seorang pengawas di tengah ujian kimia.

Wajahmu terlihat terkejut ketika mendapati wajah si pengawas betulan panik dengan kening berkerut. Ada sedikit rasa senang dalam dirimu sebelum kemudian terganti dengan rasa panik yang merajalela. Yang kamu bayangkan benar-benar terjadi.

Dan apa artinya itu? Tak ada, kecuali seseorang bakal mati. Oh, dan kamu adalah pembunuh.

Namun, kamu tak sempat berpikir lebih jauh karena keadaan mendadak jadi kacau sekali.

Kamu melihat tangan-tangan mencakar dada, tenggorokan, kepala, dan seluruh anggota badan lainnya seolah badan itu sedang ditusuk oleh sesuatu dari dalam tubuh. Darah merembes dari tempat di mana kuku mencakar. Mata melotot. Mulut terbuka, membiarkan jeritan keluar. Otak berusaha berpikir dan
menganalisis apa yang sebenanya terjadi, tapi tak bisa.

Serangan panik membutakan mata dan melumpuhkan saraf.

Betapa kacau.

Kemudian kaku. Terjatuh dari kursi.

Sang pengawas terlihat di depan wajahmu, masih panik. Tangannya melambai-lambai meminta bantuan dari orang yang tak dapat kamu lihat nun jauh di sana. Kamu tak bisa melihat apa-apa lagi sekarang.

Lalu kamu mati.
Fela Khoirul
Seorang gadis penuh teka-teki yang sedang berusaha menjadi lebih baik, melalui tulisannya. Memiliki ketertarikan pada skincare, mental health, dan relationship.

Related Posts

7 komentar

  1. Iya,,, imajinasinya..

    Afgan (sadis) 😂
    👍👍👍

    BalasHapus
  2. Yang anak kimia, ternyata zat-zat kimia bisa di bikin cerita ya. Waah

    BalasHapus
  3. terlalu sadis caramu. jeng jeng jeng. menyakiti pengawas tes.

    BalasHapus
  4. Desainnya web sama persis punya temanku, bagus, gagal fokus, salam anak IPA haha

    BalasHapus

Posting Komentar