Saat ini tidak ada orang sedang atau pantas aku rindukan, selain kakakku. Ya, kakakku, lebih tepatnya kakak kandungku. Dia adalah sosok kakak, teman, sahabat, panutan, sekaligus pelindungku. Dia orang yang cukup tegas dan tak jarang memarahiku ketika nakal. Kami juga sering beradu pendapat dan nyaris tidak mau saling mengalah. Namun, yang aku tahu, kakakku tidak suka kalalu ada yang menyakitiku. Kakak tidak segan mengatai aku bodoh, ketika aku rapuh karena sesuatu. Kakak juga tidak suka melihatku bersedih dan selalu memaksa agar aku bercerita tentang hal yang menjadi pemicu kesedihanku. Bahkan ketika mood-ku down, kakak sering membelikanku makanan enak.
Aku merindukannya, sangat-sangat merindu. Sudah tiga tahun dia bekerja di Jakarta, meski beberapa bulan lalu sempat pulang ke Semarang karena permintaan Mama. Kami sangat akrab dan saling menyayangi, meski dia tidak pernah jujur ketika aku tanya apakah dia sayang padaku. Sikapnya yang rela menunda kepulangan ke Jakarta hanya agar aku tidak sendiri, menunjukkan betapa dia sangat menyayangiku. Lalu ketika dia hendak pulang ke Jakarta, aku selalu muram dan membayangkan betapa sepinya hariku tanpa dia.
Selalu aku berharap jika dia akan berada di sampingku, seperti layaknya dulu. Namun, aku tidak ingin egois. Ada harapan, tanggung jawab, dan cita-cita besar yang dipangkunya, yang membuatnya harus berada jauh dariku. Apa pun itu, aku selalu berdoa untuknya. Semoga dia senantiasa diberi keselamatan, kebahagiaan, dan keberkahan rezeki.
#30daysjournalingchallenge
#day4
@classicalclover_
Posting Komentar
Posting Komentar