Sedih memang, tetapi aku harus coba mengikhlaskan. Aku tahu ini adalah rencana terbaik dari Tuhan yang ingin memberikanku sesuatu yang lebih baik. Dan semoga, Tuhan akan menggantikannya dengan sesuatu yang baru, yang tidak akan cepat meninggalkanku ketika aku teramat membutuhkannya.
Tubuhnya yang putih, tidak lagi dapat aku eluus-elus. Jariku pun tidak lagi dapat mengalun manja pada alat-alat vitalnya. Kekesalanku kepadanya yang kadang seolah tidak mau mengertiku, perlahan aku rindukan. Egoku untuk dia yang harus selalu mengikutiku dan berlagak baik-baik saja, tidak lagi dapat kulakukan. Saat kebersamaanku dengannya hanya sebuah kata 'lalu'.
Kini aku kehilangannya.
Benar-benar kehilangan.
Oh, sungguh laptopku yang malang.
Pagi kemarin, ada pencurian di rumahku. Laptop, handphone orang tuaku, serta dompetku raih dibawa pencuri.Sedih, kesal, dan marah bercampur jadi satu. Semua tugas-tugasku hilang bersama dengan hilangnya laptopku. Entah bagaimana aku mengerjakan tugas-tugasku yang keseluruhannya adalah penelitian. Untung saja peneltian tersebut masih dalam tahap awal, jadi masih dapat memulai dari awal. Mungkin hanya tugas Database yang membuatku kepikiran.
Kejadian ini selah mengingatkankuu untuk menjaga benar-benar apa yang aku miliki, sertta tidak menggantungkan harapanku pada satu hal. Hilangnya laptopku membuatku merasa kesusahan. Namun, aku harus tetap mengikhlaskannya. Mungkin Tuhan ingin melihat kegigihanku dalam berjuang dan bagaimana caraku bangkit dari awal hngga kembali sukses.
Meski demikian, sampai hari ini, aku masih terus berharap bahhwa laptopku akan segera dikembalikan. Bukan tentang harga laptop yang harus aku beli kembali, melainkan tugas dan referensi yang harus kembali aku susun. Dan itu sungguh melelahkan.
Emang ya..
BalasHapusTugas itu adalah nyawa bagi mahasiswa