Jalan Masuk ke Dunia Ini

8 komentar

                Tiga tahun sudah aku menjadi bagian dari dunia maya. Ya, waktu yang cukup lama untuk membangun sebuah kedekatan dan merasa bahwa orang-orang di dunia maya adalah keluargaku. Meski hanya bertemu di balik layar, tidak jarang mereka membuatku bahagia. Mereka dapat berperan sebagai orang tua, kakak, adik, bahkan anak. Meski maya, tidak satu pun kedekatan kami, aku pandang sebagai hal yang maya. Naif memang, tetapi tidak pernah aku membedakan diriku yang ada di dunia nyata dengan yang ada di dunia maya. Bahkan namaku pun tidak kusamarkan, bahkan lengkap dengan nama panjang.

                Memasuki dunia maya adalah hal yang tidak pernah aku kehendaki. Semua bermula karena kesukaanku terhadap platform Wattpad yang membuatku sering membaca dan menulis di sana. Ada banyak sekali buku di perpustakaanku, sampai-sampai aku pusing sendiri memilahnya. Lalu suatu ketika, aku mendapatkan notifikasi adanya pembukaan grup Line untuk semua pembaca buku yang saat itu aku sukai. Jangan bertanya apa judul bukunya, aku sudah lupa. Yang jelas, itulah awal mulaku masuk ke dalam dunia yang mengantarku pada kisah bahagia sekaligus pilu.

                Dulu jangankan harus mengimbangi percakapan di balik layar, memegang handphone saja aku jarang. Bahkan pada masa itu, aku paling malas jika harus membeli kuota. Untuk apa? Toh, penggunaaan internet belum seramai sekarang. Apalagi handphone-ku tidak begitu bagus saat itu. Namanya juga handphone yang dibeli usai mendapatkan uang lebaran.

                Saking sulitnya aku mengimbangi percakapan di balik layar, aku tidak sampai seminggu berada dalam grup Line. Ya, aku out tanpa pamit saat itu karena melihat orang-orang melakukan hal itu. Tidak sopan memang, tetapi sungguh, aku buta dengan dunia Line.

                Berbulan-bulan lamanya, aku tidak pernah masuk lagi ke dalam dunia Line. Aku merasa diri ini terlalu payah dalam membangun kedekatan di dunia maya. Jangankan dalam lingkup maya, pada teman-temanku di dunia nyata saja butuh waktu satu tahun lebih untuk menjadi biasa. Akan tetapi, maraknya grup Line kelamaan membuatku ingin kembali berkelana. Di sisi lain, aku dibuat berpikir, bagaimana jika aku mengulang hal sama. Apakah aku akan keluar tanpa pamit lagi?

                Aku mencoba untuk bertanya kepada satu temanku dan dia menyarankan untuk kembali mencoba. Kegelisahanku saat itu adalah notifikasi Line yang membludak dan membuat handphone-ku cepat panas. Kemudian temanku menyarankan agar aku mematikan saja notifikasinya. Akhirnya aku kembali masuk ke dalam grup Line. Beruntungnya aku sudah lebih luwes dari sebelumnya, aku berhasil mengikuti gaya percakapan mereka. Belum lagi, aku sempat terbawa gaya percakapan ‘gue-lo’ khas mereka, yang sebenarnya membuatku tidak nyaman.

Mereka membuatku lupa bagaimana cara menjadi pendiam, yang sekaligus membiasakanku untuk menceritakan kisah yang aku alami di dunia nyata. Aku sudah merasa nyaman, meski pada akhirnya aku harus dikeluarkan dari grup tersebut dengan alasan yang tidak aku mengerti. Aku kesal sekali saat itu. Aku sudah pertama dalam mengumpul tugas, tahunya tetap dikeluarkan. Mereka hanya mengatakan, “Kita pembersihan dulu, ada sesuatu. Bagi yang keberatan, bisa chat admin.”

                Akhirnya aku memulai pencarian baru. Kali ini ada banyak sekali kandidat grup yang ingin aku masuki, tetapi aku hanya memilih satu. Entah bagaimana aku dapat menjatuhkan pilihan pada grup tersebut, tetapi aku lumayan betah di sana. Awalnya di grup itu, aku merasakan panas-dingin yang luar biasa. Berbeda dari grupku sebelumnya yang cukup santai, di grup ini sedikit ekstrem dengan admin yang lumayan galak. Beruntungnya, aku dapat bertemu dengan orang-orang yang bersedia berteman baik denganku dan mendengarkan segala ceritaku. Satu di antara mereka sangat dekat denganku, bahkan tidak tahu kabarnya sehari saja dapat membuatku uring-uringan. Meski kini orang tersebut tidak lagi ingin bersamaku. Ada pula teman satu kotaku yang sudah menjelma menjadi adikku.

                Grupku ini mulai banyak mengubahku, aku jadi kecanduan bermain Hp. Bahkan pada saat jam pelajaran, aku berani main Hp. Semua keluh kesah, aku ceritakan pada grup ini. Layaknya kelinci polos yang masuk ke dalam kendang singa. Hingga satu tahun lebih berada di sini, banyak hal yang aku lalui. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar bersama satu temanku karena sebuah masalah. Keputusan itu adalah keputusan yang sulit untuk kuambil karena mereka sudah seperti keluargaku. Namun, sikap tidak adil di sana, membuatku harus pergi meninggalkan orang-orang yang kusayangi.

                Selain grup yang aku ceritakan tadi, aku memiliki grup-grup lain yang masih bertahan sampai sekarang. Ada total tiga grup dengan proses seleksi alam yang sangat luar biasa. Meski berada dalam grup-grup tersebut, aku masih merasa tidak memiliki grup. Keseluruhannya hampir mati, jarang sekali ada percakapan antaranggota. Hanya ramai di awal. Materi, tugas, dan yang lainnya tidak ada.

Mungkin benar kata teman dunia mayaku, tempat ini hanyalah pelarian dari dunia nyata. Cepat atau lambat, kita semua akan pergi. Entah meninggalkan atau ditinggalkan. Dan kita harus siap dengan kemungkinan paling buruk sekalipun.

Fela Khoirul
Seorang gadis penuh teka-teki yang sedang berusaha menjadi lebih baik, melalui tulisannya. Memiliki ketertarikan pada skincare, mental health, dan relationship.

Related Posts

8 komentar

  1. dunia maya itu semu, sekalinya kita berlari ke dlmnya maka susah untuk kembali

    BalasHapus
  2. Klo prinsip aku sih, jgn baperan dgn dunia maya ka😁

    BalasHapus
  3. Btw, tulisan nya kena ke hati, kenapa y😅 seperti ada rasa pilu...

    BalasHapus
  4. Dunia maya itu seperti kecanduan mimpi dan tidak mau bangun dari tidur ya.

    BalasHapus
  5. Dunia maya itu, menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh.. 😁

    BalasHapus
  6. Namanya dunia Maya tetap saja saja nggak nyata, sayang...tetap mencari isi untuk kekosongan itu ya... semoga silaturahim Genk Valetta berkelanjutan jadi keluarga 💖

    BalasHapus
  7. Karena dunia hanya tempat singgah sementara

    BalasHapus

Posting Komentar