Evanescent -Episode Dua

4 komentar

Hannah-nya memang sudah benar-benar pergi.

Entah apa yang membuat Sandi sampai segila tadi, hingga berani memeluk gadis yang jelas-jelas bukan Hannah. Hanya karena perkataan sang gadis yang seolah memunculkan kenyataan-kenyataan lain di balik kematian mendiang calon istrinya. Pemikiran tentang Hannah yang sebenarnya mengakhiri hidupnya karena tidak ingin menjadi istri Sandi, bagaikan Sandi sedang merendahkan Hannah. Keimanan Hannah seperti tak ada artinya di mata Sandi atas pikiran aneh itu.

Sudah merasa sakit karena kehilangan, harus bertambah nyeri dengan tamparan dan tinjuan yang baru saja ditujukan kepadanya. Ya, setelah Sandi memeluk gadis tersebut, dia dihadiahi tamparan si gadis lalu tubuhnya didorong hingga tersungkur, Tidak hanya itu, beberapa laki-laki yang diyakinin Sandi adalah teman si gadis, ikut melayangkan tinju kepada Sandi. Sandi yang tidak pandai bela diri pun harus babak belur karena ulahnya sendiri.

Beruntungnya, gadis yang tadi dipeluk Sandi, ternyata cukup baik. Gadis tersebut menolong Sandi dan mengobati luka laki-laki itu.

“Maafkan teman-temanku, tidak seharusnya mereka melakukan hal itu kepadamu. Kamu juga perlu memperhatikan kesopanan di tempat umum, jangan melakukan hal yang tidak senonoh seperti tadi. Bisa saja kamu mendapatkan pelajaran yang lebih dari apa yang teman-temanku lakukan,” ucap sang gadis yang sedari tadi duduk di sebelah Sandi untuk mengobati lukanya.

Sandi hanya membalasnya dengan senyum tipis.

Sang gadis bangkit dari posisinya dan menoleh sekilas ke Sandi. “Aku sudah ditunggu teman-temanku untuk bermain. Aku pamit.”

“Tunggu,” teriak Sandi, “sebenarnya apa yang kamu lakukan?”

Gadis itu mengernyit.

“Apa yang kamu lakukan dengan narasi bunuh diri itu? Juga tentang teman-temanmu, mengapa  mereka memasang raut mencurigakan. Apa kalian sedang merencanakan kejahatan?”

Gadis itu langsung mendesah lelah. Segera dikeluarkannya sebuah kertas dari tasnya kemudian memberikannya kepada Sandi. Pada kertas tersebut terdapat gambar dan beberapa informasi lain untuk menjawab  pertanyaan Sandi.

“Judulnya 13 Reasons Why, bercerita tentang Hannah Baker yang tiba-tiba mengakhiri hidupnya dengan mengiris urat nadinya. Aku dan teman-temanku adalah penggila film tersebut. Oleh karena itu, kami membuat semacam role play untuk bermain drama 13 Reasons Why. Kami tidak memiliki tujuan kriminal dari drama ini, kami hanya ingin mengulas mengenai budaya pergaulan yang sangat buruk di masa sekarang ini, yang mungkin dapat membuat seorang remaja merasa tertekan. Beberapa hal yang dianggqap sepele dapat berakibat pada percobaan bunuh diri, tanpa orang-orang sadari,” jelas gadis tersebut kepada Sandi.

Sandi paham sekarang, narasi-narasi yang sedari tadi dibaca oleh gadis itu adalah bentuk implementasi dari film 13 Reasons Why. Sandi memang tidak mengerti film apa itu, tetapi dia dapat mengambil inti dari penjelasan gadis tersebut.

“Hannah adalah nama calon istriku, tetapi dia tidak ada lagi di dunia ini. Dia meninggal beberapa waktu lalu. Narasimu mengingatkanku pada Hannah, sekaligus membuatku berpikir bahwa dia meninggal karena usaha bunuh diri.”

“Kamu sangat kehilangannya?” Gadis itu menanggapi.

“Tentu, kami hampir menikah.”

“Ini mungkin klise, tapi aku tahu perasaanmu. Saranku, jangan biarkan kesedihanmu berlarut. Hidupmu masih sangat panjang dan kesuksesan menantimu di depan. Hannah memang calon istrimu, tetapi dia sudah pergi dan kamu tidak dapat mengubah takdir. Ikhlaskanlah kepergiannya lalu mulai lakukan hal positif untuk mengusir kesedihanmu,”  jelas gadis itu. Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Sandi. “Namaku Imelda, aku juga pernah berada pada posisimu. Jika kamu butuh teman, aku bersedia. Aku akan memperlihatkan betapa indah dunia jika kamu ingin membuka wawasanmu.”

Sandi membalas uluran tangan itu. “Sandi,” ucapnya ikut memperkenalkan diri, “tapi aku tidak membutuhkan teman.”

Imelda menekuk tangannya di atas perut, sedangkan matanya menatap Sandi secara intens. Gadis itu sedang mencari celah-celah kebohongan dari Sandi.

“Baiklah, sepertinya kamu memiliki gengsi yang tinggi. Aku akan menjadi temanmu selama beberapa jam dan ini adalah pemaksaan, jadi tidak menerima penolakan. Mari aku tunjukkan sesuatu kepadamu.” Imelda langsung menarik tangan Sandi, entah mau dibawa ke mana.

Sandi hanya dapat merutuki dirinya karena menceritakan mengenai Hannah kepada orang asing seperti Imelda.

Bersambung ...

Fela Khoirul
Seorang gadis penuh teka-teki yang sedang berusaha menjadi lebih baik, melalui tulisannya. Memiliki ketertarikan pada skincare, mental health, dan relationship.

Related Posts

4 komentar

Posting Komentar