Hannah-nya memang sudah benar-benar pergi.
Entah apa yang membuat Sandi sampai segila tadi, hingga
berani memeluk gadis yang jelas-jelas bukan Hannah. Hanya karena perkataan sang
gadis yang seolah memunculkan kenyataan-kenyataan lain di balik kematian mendiang
calon istrinya. Pemikiran tentang Hannah yang sebenarnya mengakhiri hidupnya
karena tidak ingin menjadi istri Sandi, bagaikan Sandi sedang merendahkan
Hannah. Keimanan Hannah seperti tak ada artinya di mata Sandi atas pikiran aneh
itu.
Sudah merasa sakit karena kehilangan, harus bertambah nyeri dengan
tamparan dan tinjuan yang baru saja ditujukan kepadanya. Ya, setelah Sandi
memeluk gadis tersebut, dia dihadiahi tamparan si gadis lalu tubuhnya didorong
hingga tersungkur, Tidak hanya itu, beberapa laki-laki yang diyakinin Sandi
adalah teman si gadis, ikut melayangkan tinju kepada Sandi. Sandi yang tidak
pandai bela diri pun harus babak belur karena ulahnya sendiri.
Beruntungnya, gadis yang tadi dipeluk Sandi, ternyata cukup
baik. Gadis tersebut menolong Sandi dan mengobati luka laki-laki itu.
“Maafkan teman-temanku, tidak seharusnya mereka melakukan
hal itu kepadamu. Kamu juga perlu memperhatikan kesopanan di tempat umum,
jangan melakukan hal yang tidak senonoh seperti tadi. Bisa saja kamu
mendapatkan pelajaran yang lebih dari apa yang teman-temanku lakukan,” ucap
sang gadis yang sedari tadi duduk di sebelah Sandi untuk mengobati lukanya.
Sandi hanya membalasnya dengan senyum tipis.
Sang gadis bangkit dari posisinya dan menoleh sekilas ke
Sandi. “Aku sudah ditunggu teman-temanku untuk bermain. Aku pamit.”
“Tunggu,” teriak Sandi, “sebenarnya apa yang kamu lakukan?”
Gadis itu mengernyit.
“Apa yang kamu lakukan dengan narasi bunuh diri itu? Juga
tentang teman-temanmu, mengapa mereka
memasang raut mencurigakan. Apa kalian sedang merencanakan kejahatan?”
Gadis itu langsung mendesah lelah. Segera dikeluarkannya
sebuah kertas dari tasnya kemudian memberikannya kepada Sandi. Pada kertas
tersebut terdapat gambar dan beberapa informasi lain untuk menjawab pertanyaan Sandi.
“Judulnya 13 Reasons
Why, bercerita tentang Hannah Baker yang tiba-tiba mengakhiri hidupnya
dengan mengiris urat nadinya. Aku dan teman-temanku adalah penggila film
tersebut. Oleh karena itu, kami membuat semacam role play untuk bermain drama 13 Reasons Why. Kami tidak memiliki tujuan kriminal dari drama ini,
kami hanya ingin mengulas mengenai budaya pergaulan yang sangat buruk di masa
sekarang ini, yang mungkin dapat membuat seorang remaja merasa tertekan. Beberapa
hal yang dianggqap sepele dapat berakibat pada percobaan bunuh diri, tanpa
orang-orang sadari,” jelas gadis tersebut kepada Sandi.
Sandi paham sekarang, narasi-narasi yang sedari tadi dibaca
oleh gadis itu adalah bentuk implementasi dari film 13 Reasons Why. Sandi memang tidak mengerti film apa itu, tetapi dia dapat
mengambil inti dari penjelasan gadis tersebut.
“Hannah adalah nama calon istriku, tetapi dia tidak ada lagi
di dunia ini. Dia meninggal beberapa waktu lalu. Narasimu mengingatkanku pada
Hannah, sekaligus membuatku berpikir bahwa dia meninggal karena usaha bunuh
diri.”
“Kamu sangat kehilangannya?” Gadis itu menanggapi.
“Tentu, kami hampir menikah.”
“Ini mungkin klise,
tapi aku tahu perasaanmu. Saranku, jangan biarkan kesedihanmu berlarut. Hidupmu
masih sangat panjang dan kesuksesan menantimu di depan. Hannah memang calon istrimu,
tetapi dia sudah pergi dan kamu tidak dapat mengubah takdir. Ikhlaskanlah
kepergiannya lalu mulai lakukan hal positif untuk mengusir kesedihanmu,” jelas gadis itu. Gadis itu mengulurkan
tangannya kepada Sandi. “Namaku Imelda, aku juga pernah berada pada posisimu. Jika
kamu butuh teman, aku bersedia. Aku akan memperlihatkan betapa indah dunia jika
kamu ingin membuka wawasanmu.”
Sandi membalas uluran tangan itu. “Sandi,” ucapnya ikut
memperkenalkan diri, “tapi aku tidak membutuhkan teman.”
Imelda menekuk tangannya di atas perut, sedangkan matanya
menatap Sandi secara intens. Gadis itu sedang mencari celah-celah kebohongan
dari Sandi.
“Baiklah, sepertinya kamu memiliki gengsi yang tinggi. Aku akan
menjadi temanmu selama beberapa jam dan ini adalah pemaksaan, jadi tidak
menerima penolakan. Mari aku tunjukkan sesuatu kepadamu.” Imelda langsung
menarik tangan Sandi, entah mau dibawa ke mana.
Sandi hanya dapat merutuki dirinya karena menceritakan
mengenai Hannah kepada orang asing seperti Imelda.
Bersambung ...
Bersambung ...
Mungkinkah Imelda menjadi Hannah kedua? Hmm...
BalasHapusImelda yang sudah digariskan oleh Tuhan.
BalasHapusDia jodoh pengganti kali ya
BalasHapusImelda kah bidadari penyelamat itu?
BalasHapus