Apa pun yang sedang kalian bimbangkan, aku sarankan untuk mengikuti kata hati kalian. Coba kesampingkan perasaan orang lain atas keputusan yang kalian pilih nanti, anggap mereka sedang tidak ada. Kumpulkanlah segala rasa ingin yang membuatmu merasa nyaman dan bahagia, tanpa dilanda ketakutan karena menyakiti hati orang lain. Aku katakan kepada kalian, hanya dirimulah yang tahu mana hal terbaik untuk dipilih, bukan orang lain. Usulan mereka hanya berfungsi sebagai penimang keputusan, bukan pemaksa atas yang kalian inginkan.
Merasa tidak punya pilihan dan terpaksa menuruti keinginan orang lain? Kalian sama denganku. Hampir keseluruhan dari hidupku, aku habiskan dengan perintah orang. Mereka menyetirku untuk berbelok ke kanan dan ke kiri, tanpa memperhatikan rambu-rambu yang ada. Mereka mengatasnamakan semua demi kebaikan, tetapi batinku jelas tersiksa jika harus menjalani hal yang tidak aku inginkan.
Tulisan ini bukanlah bisikan agar kalian menentang setiap harapan orang lain kepada kalian, tidak sama sekali. Aku hanya ingin memberitahu bahwa dalam hidup, kita harus berusaha membahagiakan diri sendiri. Kepedihan dalam hidup ialah tercipta karena kita yang seringkali tidak ingin berjuang untuk diri sendiri. Tidak tahukah kalian bahwa setiap kita memilih jalan yang tidak sesuai dengan hati, seluruh tubuh meronta hebat. Kaku di sekujur tubuh, itukah bukti bahwa betapa kita telah menyiksa diri dengan keputusan yang tidak berdasar pada hati.
Seperti yang telah aku katakan pada postingan sebelumnya, aku pernah memasuki organisasi yang tidak aku sukai. Memang pada akhirnya aku menjalani semua dengan senang dan kelelahan yang kurasakan dapat menjadi pengalaman yak tak ternilai. Namun, di setiap harinya aku merasakan pergolakan batin karena harus terjebak dalam dunia yang tidak aku suka. Dan lagi-lagi karena aku memilih hal yang tidak sesuai isi hati. Bahkan ketika aku ingin merenggut kembali kebebasanku, ada-ada saja hal yang mengenangku.
Aku ingat saat itu, sedang diadakan downgrading sebagai perpisahan untuk angkatan senior. Para anggota organisasi dikumpulkan pada sebuah aula untuk melakukan berbagai kegiatan. Secara begilir, tiap anggota organisasi dimintai pesan dan kesan terhadap organisasi, serta menyampaikan keputusan apakah hendak lanjut organisasi atau tidak.
Ketika giliranku menyampaikan pesan dan kesan, aku tidak kuasa menahan air mata betapa membekasnya organisasi ini untukku. Semua mata tertuju padaku saat itu, mereka ikut iba terhadap apa yang aku sampaikan. Penyampaianku cukup lama karena dari kakak senior ikut menimpali ucapanku dan dengan terang-terangan pun mereka memintaku untuk lanjut organisasi. Namun, pada malam itu, aku belum dapat memutuskan apakah keluar atau bertahan. Kemudian baru di pagi hari, aku memutuskan untuk lanjut setelah melihat betapa banyak harapan yang tertuju untukku. Lagi pula, aku juga tidak sanggup melihat sebuah departemen dalam organisasi menjadi mati.
Aku bertahan di organisasi dengan jabatan baru, yaitu ketua salah satu departemen. Aku senang sekali karena telah diberi kepercayaan sebagai ketua, tetapi aku selalu merasa tidak sanggup untuk memimpin. Bagiku masih banyak yang lebih dariku, apalagi aku pun seting takut jika melakukan kesalahan fatal. Aku terus menimang semua ini, sanggupkah aku menjadi seorang ketua. Sampai aku berada dalam satu titik yang berhasil menjawab pertanyaanku. Ketika kumpul secara bersama-sama, aku merasakan sekat yang luar biasa ketika ikut kumpul bersama mereka. Mereka yang tersenyum padaku di aula dan memintaku untuk lanjut serta berjanji akan menemaniku sebagai ketua, nyatanya kembali tak acuh. Ucapan mereka seperti angin lalu yang menerbangkan dedaunan, tetapi sensasinya akan hilang dalam sekejap.
Satu hari setelah itu, aku memutuskan utnuk keluar dari organisasiku. Gila memang, tetapi itulah faktanya. Aku keluar bukan hanya karena tidak cocok dengan lingkungan organisasi yang baru, tetapi karena aku merasa memang sudah tidak ada yabg dapat dipertahankan. Di satu sisi, aku takut jikalau nantinya aku akan hilang di tengah jalan karena dari awal sudah setengah hati untuk lanjut organisasi.
Jangan tiru perbuatanku yang lari begitu saja ketika diberi tanggung jawab besar, tetapi pahamilah konsep mengenai sikap menghargai diri sendiri. Ketika ada orang yang mendorong melakukan sesuatu, tetapi tidak sesuai dengan keinginanmu. Jangan terlalu dipaksa. Lalukanlah hal yang tidak membuatmu tertekan. Ini hidupmu, bukan hidupnya atau hidup emak-bapaknya. Kamu bebas menentukan jalan kebahagiaanmu sendiri karena kamu yang memegang setir dalam hidupmu. Yang perlu diingat, hidup hanya sekali, menjadilah manusia yang memiliki nilai guna. Bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri.
kita memang senantiasa perlu menghargai orang lain, tapi tidak boleh lupa menghargai diri sendiri terlebih dahulu.
BalasHapusYaps, betul sekali Kak .
HapusSetuju👍
BalasHapusWah pasti berat :') aku juga pernah di posisi itu..
BalasHapusSangat berat 😁😁😁
HapusAku pernah diposisi itu, Kak.. membahagiakan orang lain dengan mengesampingkan kebahagiaanku. Akhirnya stress sendiri terjebak dalam situsi tersebut😣😣😣
BalasHapusMemang bikin stres Kak. Tapi aku bahagia karena bisa memilih yg terbaik, meski memiliki banyak konsekuensi
HapusBersungguh-sungguh lah ke dalam, maka yang di luar akan terasa imbasnya pula.. Semangaaat😊
BalasHapusTerima kasih, Kak.
Hapus